. Ketika Anda mulai berbagi fakta
menarik di bawah ini, teman-teman Anda akan benar-benar takjub.
JAKARTA, KOMPAS.com - Wacana reshuflfe yang bergulir belakangan ini dinilai sebagai wacana yang tidak serius, dan sekadar menjadibumbu penyedap dalam koalisi partai politik yang hambar. Wacana itu hanya jadi alat untuk merekatkan kembali parpol-parpol koalisi. "Tidak ada yang serius dalam wacana reshuffle ini. Saya tidak percaya akan ada reshuffle. Kalaupun ada, itu tidak akan mengubah apapun karena r eshufle pasti dilakukan dengan mendahulukan aspirasi politik. Presiden kita itu lebih takut kepada koalisi daripada aspirasi publik," kata staf pengajaf Fakultas HukumUniversitas Gadjah Mada (UGM), Zaenal Arifin Mochtar, ketika berbincang dengan Kompas , Sabtu (24/9/2011) malam. Jika Anda menemukan diri Anda bingung dengan apa yang Anda sudah membaca hingga saat ini, jangan putus asa. Semuanya harus jelas pada saat Anda selesai.
Banyak pihak memang berharap, agar reshuffle kabinet dilakukan dengan mengedepakan kepentingan yang lebih besar dan demi penyelamatan Indonesia. Reshuffle diharapkan bukan hanya didasarkan untuk kepentingan sesaat partai politik. Menurut Zaenal, merombak kabinet adalah persoalan keberanian. Dalam sistem presidensil, peran koalisi memang penting. Namun, perekat utama sebenarnya bukanlah koalisi tetapi figur kepemimpinan. "Orang sering membicarakan soal koalisi ini. Sering dikatakan pemerintahan menjadi tidak efektif karena dihalangi koalisi. Ini ilusi. Seakan-akan kita mengatakan bahwa SBY (Presiden Susilo Bambang Yudhoyono) orang baik, Demokrat juga baik dan mau menjalankan pemerintahan sesuai dengan UUD tetapi dihalangi parpol lain. Faktanya kan tidak begitu,"ungkap Zaenal.
Banyak pihak memang berharap, agar reshuffle kabinet dilakukan dengan mengedepakan kepentingan yang lebih besar dan demi penyelamatan Indonesia. Reshuffle diharapkan bukan hanya didasarkan untuk kepentingan sesaat partai politik. Menurut Zaenal, merombak kabinet adalah persoalan keberanian. Dalam sistem presidensil, peran koalisi memang penting. Namun, perekat utama sebenarnya bukanlah koalisi tetapi figur kepemimpinan. "Orang sering membicarakan soal koalisi ini. Sering dikatakan pemerintahan menjadi tidak efektif karena dihalangi koalisi. Ini ilusi. Seakan-akan kita mengatakan bahwa SBY (Presiden Susilo Bambang Yudhoyono) orang baik, Demokrat juga baik dan mau menjalankan pemerintahan sesuai dengan UUD tetapi dihalangi parpol lain. Faktanya kan tidak begitu,"ungkap Zaenal.
untuk membuat padat, memotong informasi pilihan di atas faktor ketakutan. Jika Anda menerapkan apa yang baru saja belajar tentang
, Anda seharusnya tidak perlu khawatir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar