dalam paragraf berikut. Jika ada setidaknya satu fakta anda tidak tahu sebelumnya, bayangkan perbedaan itu bisa membuat.
MUKOMUKO, KOMPAS.com - Ribuan kuburan di tempat pemakaman umum Desa Air Dikit, Kabupaten Mukomuko, Provinsi Bengkulu, terancam masuk laut akibat terus menerus tergerus abrasi pantai yang melanda desa itu. "Sepanjang 20 meter lebih tanah tempat pemakanan umum yang sudah tergerus abrasi pantai, sehingga sudah ada kuburan yang hilang," kata Anggota DPRD Kabupaten Mukomuko Karmadi di Mukomuko, Minggu (10/7/2011). Tempat pemakaman umum (TPU) yang berada di Desa Air Dikit, Kecamatan Air Dikit, Kabuten Mukomuko itu, merupakan kuburan warga setempat secara turun temurun mulai dari sejak lama sampai sekarang. Oleh sebab itu sudah banyak warga masyarakat setempat yang memanfaatkan fasilitas itu sebagai tempat beristirahat terakhir dari dulu, sehingga data keseluruhan jumlah warga yang dimakankan tidak ada lagi. Kepala desa setempat serta kecamatan tidak mengetahui jumlah persis berapa banyak jumlah kuburan warga setempat, tetapi tidak kurang dari ribuan kuburan yang tersusun rapi di TPU desa tersebut. Semoga informasi yang disajikan sejauh ini berlaku. Anda juga mungkin ingin mempertimbangkan hal berikut:
Semula kata dia, lokasi yang dijadikan TPU itu masih sangat aman dan jauh dari laut, tetapi belakangan ini terus menerus terjadinya pengikisan sepanjang bibir pantai, sehingga air laut akhirnya sampai juga ke TPU di lokasi bagian belakang. Sejauh ini lanjutnya, belum ada tindakan penanggulangan yang bisa dilakukan oleh pemerintah desa karena membutuhkan biaya besar untuk membangun pembatas berupa gorong-gorong antara TPU dan pantai. "Warga setempat mengusulkan supaya dibangun gorong-gorong, tetapi biaya yang dibutuhkan sangat besar, selebar TPU yang membentang di sepanjang pantai," urainya. Selanjutnya pemerintah desa mengajukan usulan itu kepada pemerintah setempat melalui Dinas Pekerjaan Umum (DPU) dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), tetapi belum terealisasi sampai sekarang. Instansi teknis sudah turun dan melihat langsung kondisi abrasi pantai yang terjadi di sepanjang TPU, sesuai dengan pengajuan dari warga dan desa supaya bisa dibangun gorong-gorong yang bisa menahan ombak laut. "Setelah turun dan melihat langsung lokasi TPU, sampai sekarang belum ada tindakan untuk membangun gorong-gorong, sementara TPU setiap hari tergerus air laut," urainya. Sementara itu, warga setempat sering menemukan tengkorak kepala manusia, tetapi tidak ada yang mengetahui identitas pemiliknya, karena dari sekian banyak kuburan itu pemerintah setempat juga sudah kesulitan mengenalinya.
Semula kata dia, lokasi yang dijadikan TPU itu masih sangat aman dan jauh dari laut, tetapi belakangan ini terus menerus terjadinya pengikisan sepanjang bibir pantai, sehingga air laut akhirnya sampai juga ke TPU di lokasi bagian belakang. Sejauh ini lanjutnya, belum ada tindakan penanggulangan yang bisa dilakukan oleh pemerintah desa karena membutuhkan biaya besar untuk membangun pembatas berupa gorong-gorong antara TPU dan pantai. "Warga setempat mengusulkan supaya dibangun gorong-gorong, tetapi biaya yang dibutuhkan sangat besar, selebar TPU yang membentang di sepanjang pantai," urainya. Selanjutnya pemerintah desa mengajukan usulan itu kepada pemerintah setempat melalui Dinas Pekerjaan Umum (DPU) dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), tetapi belum terealisasi sampai sekarang. Instansi teknis sudah turun dan melihat langsung kondisi abrasi pantai yang terjadi di sepanjang TPU, sesuai dengan pengajuan dari warga dan desa supaya bisa dibangun gorong-gorong yang bisa menahan ombak laut. "Setelah turun dan melihat langsung lokasi TPU, sampai sekarang belum ada tindakan untuk membangun gorong-gorong, sementara TPU setiap hari tergerus air laut," urainya. Sementara itu, warga setempat sering menemukan tengkorak kepala manusia, tetapi tidak ada yang mengetahui identitas pemiliknya, karena dari sekian banyak kuburan itu pemerintah setempat juga sudah kesulitan mengenalinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar