KOMPAS.com - Hari sudah menjelang sore saat kami berempat masuk ke dalam bus dari arah Queensbay Mall untuk kembali menuju hostel kami di Georgetown, Penang, Malaysia. Belum sampai 5 menit perjalanan, di tengah kantuk dan mata yang berat, tiba-tiba dua orang teman saya berseru, "Eh ada pasar malam! Turun yuk!" Dengan otak yang masih setengah sadar dalam mencerna kata-kata teman saya, seorang bapak di samping saya mengangguk-angguk setuju sambil menunjuk ke sebelah kiri jalan, "Ya, pasar malam. Turun di sini saja," ujarnya pendek dengan bahasa melayu. Sekilas di sudut mata saya tampak warna-warni lampu jalanan yang menghiasi keramaian senja. "Oke deh Pak," jawab saya dalam hati sambil menekan bel di dalam bus. Bus pun berhenti di sebuah halte yang terletak persis di depan sebuah mall besar bernama Sungai Dua Tesco Extra, 8 Ringgit kini berpindah tangan ke sang pengemudi bus. Pasar malam di daerah Sungai Dua ini benar-benar tampak ramai di akhir pekan. Warna-warni lampu deretan kedai-kedai makanan kaki lima dan penjual pernak-pernik turut menyemarakkan jalanan yang mulai menggelap. Meriah! Dengan langkah bersemangat kami menyeberangi jalan raya untuk mengeksplorasi pasar malam di depan mata kami. Tujuan kami saat itu cuma satu sebenarnya, mencari cemilan kaki lima khas Penang! Ya, selain terkenal dengan bangunan-bangunan tua bersejarahnya di kota Georgetown, yang memiliki arsitektur yang unik dan kaya karena akulturasi bermacam-macam budaya, Pulau Penang juga merupakan surga kulinernya Malaysia. Oleh karena itu jangan sampai tidak sempat mengeksplorasi kuliner Penang ya saat berlibur ke sini. Bermacam-macam makanan hangat yang dipajang di deretan kedai-kedai membuat kami beberapa kali menelan air liur serta berusaha menahan godaan untuk membeli dan mencicipi semuanya. Pada akhirnya berbagai cemilan pun sempat kami cicipi, dari gorengan, lumpia, hingga kebab, dengan harga yang relatif murah (1-4 Ringgit). Walaupun sudah banyak mengemil, tapi ternyata perut kami masih minta diisi. Oke, saatnya mencari makan malam! Sepertinya informasi baru ditemukan tentang sesuatu setiap hari. Dan topik
tidak terkecuali. Jauhkan membaca untuk mendapatkan berita lebih segar tentang
.
Pilihan kami jatuh kepada Restoran Maheran yang terletak di sebuah deretan ruko, sebelah 7-11, salah satu alasannya karena ada tulisan "Halal" di papan nama restoran ini. Pemilik restoran ini adalah seorang bapak setengah baya berbadan besar yang tampaknya berdarah Arab (atau India? He-he...) ini ramah sekali menyambut sekaligus menanyakan pesanan kami. Begitu melihat menu yang dipajang di depan restoran sederhana namun bersih ini, kami langsung memilih Koay Teow (Kwetiaw) Sotong, Roti Canai dengan saus karinya, Teh Tarik, dan Milo dingin. Tak lama pesanan kami pun muncul. Lho, kok ada satu piring tambahan dengan sajian asing yang rasanya tadi tidak kami pesan? "Wah, ini apa ya Pak? Kami tidak pesan ini kok Pak," tanya kami kebingungan. Bapak itu hanya mengangguk sambil tersenyum dan menjelaskan dengan bahasa melayu, "Ngga apa-apa, itu namanya Pasembur Sotong. Dicoba aja dulu, kalau ngga suka, tidak perlu membayar." Waaaw... mana mungkin tawaran makan gratis ini kami lewatkan, he-he-he... Nama yang lucu, sahut saya dalam hati. Tampilannya sekilas mirip seperti rujak di Indonesia, berbagai macam potongan sayuran dan lain-lainnya dicampur lalu disiram dengan saus kacang. Begitu saya coba satu sendok, saya langsung membatin, "Wah alamat bakal musti bayar nih. Enak!" Jujur, menurut saya, ini salah satu makanan paling enak yang sempat saya coba saat di Penang. "Pasembur" ternyata merupakan salah satu kuliner khas Penang yang isinya potongan kentang, tahu, timun, tauge, telur rebus, gorengan udang, serta cumi-cumi, yang kemudian disiram dengan saus kacang berwarna merah kecoklatan dengan rasa manis gurih dan agak pedas. Harganya 4 Ringgit per porsi. Wajib dicoba! Sambil mengobrol dan tertawa-tawa mengingat kejadian-kejadian lucu selama perjalanan, tak terasa akhirnya piring-piring kami tandas juga. Puas rasanya. Makan malam kali itu kami hanya menghabiskan sekitar 12 Ringgit di Restoran Maheran untuk porsi empat orang. Perut kenyang, hati senang, dan yang paling penting: kantong aman. Murah soalnya, he-he-he... (Herajeng Gustiayu)
tidak terkecuali. Jauhkan membaca untuk mendapatkan berita lebih segar tentang
.
Pilihan kami jatuh kepada Restoran Maheran yang terletak di sebuah deretan ruko, sebelah 7-11, salah satu alasannya karena ada tulisan "Halal" di papan nama restoran ini. Pemilik restoran ini adalah seorang bapak setengah baya berbadan besar yang tampaknya berdarah Arab (atau India? He-he...) ini ramah sekali menyambut sekaligus menanyakan pesanan kami. Begitu melihat menu yang dipajang di depan restoran sederhana namun bersih ini, kami langsung memilih Koay Teow (Kwetiaw) Sotong, Roti Canai dengan saus karinya, Teh Tarik, dan Milo dingin. Tak lama pesanan kami pun muncul. Lho, kok ada satu piring tambahan dengan sajian asing yang rasanya tadi tidak kami pesan? "Wah, ini apa ya Pak? Kami tidak pesan ini kok Pak," tanya kami kebingungan. Bapak itu hanya mengangguk sambil tersenyum dan menjelaskan dengan bahasa melayu, "Ngga apa-apa, itu namanya Pasembur Sotong. Dicoba aja dulu, kalau ngga suka, tidak perlu membayar." Waaaw... mana mungkin tawaran makan gratis ini kami lewatkan, he-he-he... Nama yang lucu, sahut saya dalam hati. Tampilannya sekilas mirip seperti rujak di Indonesia, berbagai macam potongan sayuran dan lain-lainnya dicampur lalu disiram dengan saus kacang. Begitu saya coba satu sendok, saya langsung membatin, "Wah alamat bakal musti bayar nih. Enak!" Jujur, menurut saya, ini salah satu makanan paling enak yang sempat saya coba saat di Penang. "Pasembur" ternyata merupakan salah satu kuliner khas Penang yang isinya potongan kentang, tahu, timun, tauge, telur rebus, gorengan udang, serta cumi-cumi, yang kemudian disiram dengan saus kacang berwarna merah kecoklatan dengan rasa manis gurih dan agak pedas. Harganya 4 Ringgit per porsi. Wajib dicoba! Sambil mengobrol dan tertawa-tawa mengingat kejadian-kejadian lucu selama perjalanan, tak terasa akhirnya piring-piring kami tandas juga. Puas rasanya. Makan malam kali itu kami hanya menghabiskan sekitar 12 Ringgit di Restoran Maheran untuk porsi empat orang. Perut kenyang, hati senang, dan yang paling penting: kantong aman. Murah soalnya, he-he-he... (Herajeng Gustiayu)
.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar