TUNIS, KOMPAS.com " Presiden Tunisia yang terguling, Zine El Abidine Ben Ali, dalam keadaan koma di sebuah rumah sakit di Arab Saudi setelah menderita stroke. Bekas pemimpin berusia 74 tahun itu jatuh koma "dua hari lalu ketika dirawat di sebuah rumah sakit di Jeddah setelah menderita stroke." Demikian menurut teman keluarga tersebut. Ben Ali dan keluarganya melarikan diri ke Arab Saudi pada 14 Januari lalu setelah pergolakan rakyat yang mengakhiri cengkeraman 23 tahunnya pada kekuasaan di negara Afrika utara itu. Sebelumnya, seorang juru bicara pemerintah sementara yang menggantikan rezim Ben Ali tidak mau mengonfirmasi atau membantah laporan-laporan bahwa ia dirawat di rumah sakit. You can see that there's practical value in learning more about mobil keluarga ideal terbaik indonesia. Can you think of ways to apply what's been covered so far?
Surat kabar Tunisia, Le Quotidien, melaporkan sebelumnya pada hari Kamis bahwa Ben Ali menderita stroke. Mantan penguasa itu, menurut laporan, juga menderita kanker prostat. Pembangkang dan wartawan, Touafik Ben Brik, yang dipenjarakan pada masa rezim Ben Ali karena tulisan-tulisan yang mengkritik pemerintahannya, mengatakan bahwa ia merasa seolah-olah "hampir berduka cita" untuk sang diktator, yang demikian berkuasanya atas negara. "Saya tidak dapat lupa. Ia masih di antara kami, ia bagian dari masa lalu kami dan ia akan hidup dalam waktu yang lama di antara kami." Penentang lama lainnya, aktivis komunis Hama Hammami, mengatakan, "Itulah yang terjadi pada semua diktator di dunia." Yadh Ben Achour, seorang pengacara dan ketua komisi nasional untuk pembaruan politik yang baru dibentuk, menyatakan, perawatan Ben Ali di rumah sakit di pengasingan merupakan "bukti ada keadilan di bumi". Berita sakitnya Ben Ali tiba ketika sorotan tajam terhadap meluasnya korupsi di bawah pemerintahannya. Ia dan istrinya, Leila Trabelsi, bersama dengan lingkaran dalam mereka diduga telah mengantongi banyak hal dari kekayaan negara itu selama tahun-tahun pemerintahannya.
Surat kabar Tunisia, Le Quotidien, melaporkan sebelumnya pada hari Kamis bahwa Ben Ali menderita stroke. Mantan penguasa itu, menurut laporan, juga menderita kanker prostat. Pembangkang dan wartawan, Touafik Ben Brik, yang dipenjarakan pada masa rezim Ben Ali karena tulisan-tulisan yang mengkritik pemerintahannya, mengatakan bahwa ia merasa seolah-olah "hampir berduka cita" untuk sang diktator, yang demikian berkuasanya atas negara. "Saya tidak dapat lupa. Ia masih di antara kami, ia bagian dari masa lalu kami dan ia akan hidup dalam waktu yang lama di antara kami." Penentang lama lainnya, aktivis komunis Hama Hammami, mengatakan, "Itulah yang terjadi pada semua diktator di dunia." Yadh Ben Achour, seorang pengacara dan ketua komisi nasional untuk pembaruan politik yang baru dibentuk, menyatakan, perawatan Ben Ali di rumah sakit di pengasingan merupakan "bukti ada keadilan di bumi". Berita sakitnya Ben Ali tiba ketika sorotan tajam terhadap meluasnya korupsi di bawah pemerintahannya. Ia dan istrinya, Leila Trabelsi, bersama dengan lingkaran dalam mereka diduga telah mengantongi banyak hal dari kekayaan negara itu selama tahun-tahun pemerintahannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar